Ekstrak Daun Kelor Obat Alternatif Baru Potensi Sembuhkan Alzheimer

Mahasiswa Departemen Kimia dan Pendidikan Dokter Universitas Brawijaya bekerja sama dalam penelitian untuk mengoptimalkan ekstrak bahan alami sebagai obat pereduksi Alzheimer. Fokus penelitian ini adalah pada ekstrak daun kelor.

Tim penelitian terdiri dari Adi Kurnia Soesantyo (Kimia, FMIPA), Jonathan Linggadiputra (Kimia, FMIPA), Gustav Dasa Sitompul (Pendidikan Dokter, FK), dan Farahiyah Sharfina Saputri (Pendidikan Dokter, FK). Mereka dibimbing oleh Dr. Husnul Khotimah, S.Si, M.Kes, dan mengembangkan inovasi berupa Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) Terenkapsulasi Nanopartikel Emas (MO-AuNP), yang nantinya akan diuji pada Tikus Model Alzheimer Disease (AD). Penelitian ini mendapatkan dukungan dana dari Kemdikbudristek dan Universitas Brawijaya melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta tahun 2023.

Alzheimer’s disease (AD) adalah salah satu jenis demensia yang banyak diderita di seluruh dunia, menyebabkan penurunan fungsi kognitif dan perilaku secara progresif. Menurut laporan WHO, terdapat 55 juta penderita AD dengan lebih dari 120 ribu diantaranya meninggal dunia setiap tahun, dan diperkirakan akan terus meningkat. Di Indonesia, pada tahun 2020, terdapat lebih dari 1,3 juta penderita AD, dengan prediksi peningkatan hingga 3,8 juta penderita pada tahun 2048.

“Saat ini, obat Alzheimer yang beredar memiliki efek samping dan belum terjangkau oleh seluruh masyarakat,” ujar Adi. AD kebanyakan disebabkan oleh penumpukan Amyloid Beta pada sistem saraf otak. Molekul protein ini diproduksi melalui pemrosesan protein prekursor amiloid (APP) oleh β- dan γ-sekretase.

“Pada penelitian ini, kami menciptakan Tikus Model Alzheimer yang diinduksi dengan Amyloid Beta. Kami kemudian memberikan induksi rutin dengan obat ekstrak kelor terenkapsulasi emas buatan kami. Kami melakukan uji tingkah laku kognitif tikus sebagai bagian dari penelitian,” jelas Adi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kelor nanopartikel emas (MO-AuNP) lebih mudah diserap darah menuju sistem saraf dibandingkan dengan ekstrak tanpa enkapsulasi dalam ukuran nano. Selain itu, obat inovatif ini berhasil meningkatkan kondisi kognitif tikus dan mengurangi plak amyloid beta. Secara prediksi adsorpsi dan tingkat toksisitas obat, MO-AuNP diprediksi memiliki toksisitas obat yang rendah, namun penyerapan dan pengikatan protein yang tinggi menuju Sistem Saraf Pusat (SSP).

“Walaupun obat ini masih dalam tahap pengembangan dan perlu evaluasi lebih lanjut, kami berharap dapat menjadi alternatif obat yang efektif dengan efek samping minimal,” tambah Gustav. Farah, anggota penelitian lainnya, menyatakan harapannya bahwa penelitian ini dapat menjadi alternatif obat yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia.

“Meskipun masih dalam pengembangan, harapan kami adalah obat ini dapat dioptimalkan lebih lanjut dan digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai alternatif yang baik dengan efek samping minimal,” tambah Farahiyah.

Dengan penelitian ini, diharapkan dapat mempermudah pengobatan bagi penderita Alzheimer di Indonesia, menjadi kontribusi mahasiswa Universitas Brawijaya dalam penanggulangan darurat Alzheimer di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *